Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Midi Drum dan ‘gengsi’ musisi

Posted: 11 March 2014 in Uncategorized
Tags:

Gambar

 

Beberapa waktu yang lalu saya sempat diminta mendengarkan lagu rekaman band teman saya di Jakarta. Dia bilang, “Elo udah denger lagu gue belum sih?.” Belum sempat saya menjawab dia sudah menyodorkan handphone-nya, dia bilang semua lagunya ada di situ. Setelah saya mulai mendengarkannya sampai pertengahan lagu, lalu saya langsung tersenyum dan mencopot earphone saya.

“Ini drum-nya nggambar ya?,” tanya saya serius.

“Nggak, itu drum asli. Darimana elo tau itu drum gambaran?,” jawab dia penasaran.

Saya pun hanya tersenyum sambil kembali memasang earphone dan mendengarkan lagu itu sampai selesai. Sedangkan teman saya tadi tetap berdalih bahwa itu bukan ‘drum gambaran mesin’.

Oke, bukannya sok menggurui tapi hanya mencoba berbagi. Sebetulnya memang tak banyak teman saya di Jakarta yang tahu pekerjaan saya dulu di Jogja (baca: musisi dan pengangguran). Saya tahu betul tentang sebuah produksi musik, rekaman sebuah band dari hanya rekaman drum sampai jadi musik yang utuh. Itu sebabnya kuping saya (alhamdulillah) saat ini masih peka mendengarkan audio dengan kualitas yang baik ataupun buruk sekalipun.

Jaman sekarang produksi musik memang sudah sangat mudah dilakukan dimana-mana. Kita bisa membuat musik dimana saja dan kapan saja, mau di kamar tidur pun juga bisa. Hanya bermodalkan komputer atau laptop yang mumpuni kita bisa menginstall software recording yang saat ini sudah banyak ragamnya. Nah, masalahnya jaman sekarang ternyata belum banyak yang paham jika sebuah drum di sebuah lagu bisa kita ‘gambar’ sesuka hati. Istilah luasnya namanya Midi.

Midi tak hanya mempunyai fitur untuk memilih sound drum saja, tapi bisa juga untuk instrumen lain seperti piano, string, brass, bass dan bahkan gitar sekalipun. Tentunya Midi bisa digunakan jika kita mempunyai software utama untuk recording, istilahnya DAW. Saya sampai sekarang masih setia menggunakan DAW atau software musik kawakan pabrikan dari Jerman, Steinberg namanya.

Nah, kembali lagi ke masalah tadi, mending pilih drum midi atau drum asli? Menurut pendapat saya secara pribadi, itu semua tergantung kebutuhan para musisinya. Ada sebuah band yang dalam format rekamannya selalu menggunakan Midi tapi saat live perform-nya dia tetep main live (asli).

Kalau ada lagu yang drumnya Midi, itu berarti drummernya nggak main beneran, dia lebih suka digambar dengan alasan nggak mau ribet main langsung. Atau karena sound drum Midi itu sound-nya udah jelas bagus dan nggak perlu diedit lagi. Karena sebenernya Midi Drum itu sangat membantu kalangan drummer biar praktis, semua sound drum yang kita inginkan bisa kita pilih disana. Dari sound kick, snare, tom sampai simbal sekalipun bisa kita pakai.

Semakin ke sini saya makin menemui banyak teman yang cukup runyam dengan masalah Midi Drum itu tadi. Kadang mereka sebagai drummer mengaku terang-terangan bahwa hasil rekaman bandnya menggunakan drum mesin. Ada juga yang tetap merekam dan bermain drum sungguhan di studio karena dengan alasan ‘kepuasan bermain’. Tapi ada juga yang masih gengsi kalau dia pakai Midi dan tetep kekeuh ngaku itu drum beneran. Nah loh? 🙂

Sebenarnya kalau untuk urusan teknis rekaman drum asli atau drum midi masih sangat luas dan panjang untuk dibahas. Bagi saya itu tak terlalu penting dijabarkan di sini. Apalagi kalau mau bahas siapa aja band-band nasional yang rekamannya pakai midi bla bla bla. Penting?

Yang jelas, apapun bandnya, apapun genre musiknya, apapun kualitas audionya saya selalu respek dan mengapresiasi mereka. Masih untung bisa bikin karya dan diabadikan dengan rekaman modern yang sampai sekarang mudah bikinnya. Semoga laku keras dan nggak dibajak itu albumnya.

Selamat berkarya!

GambarMalam ini, Sabtu 20 Juli 2013, saya lebih memilih berdiam diri dirumah. Bukannya apa-apa, beberapa hari ini saya betul-betul miskin jadwal tidur karena adanya agenda makaryo yang tak kenal waktu, alhasil saya sangat rindu dengan kasur kesayangan saya yang berada di rumah Jakarta ini.

Omong-omong soal berdiam diri dirumah, apalagi malam minggu kan ya, ketahuan banget kalau saya ini mengecam status pria single yang belum punya pacar setelah lima bulan putus cinta dan sakit hati (dibahas meneh lo giiibb, terus-terusno waeee..). Tapi tak mengapa, saya harus istirahat dirumah. Bisa meluangkan waktu untuk membaca, mendengarkan musik kesayangan di laptop dan tentunya menulis coretan ini lagi di blog 🙂

Lagi-lagi saya kangen Jogja, dan lagi-lagi saya kangen teman-teman kesayangan saya disana. Ya, lebih tepatnya rindu total bermusik. Apalagi ini bulan puasa kan ya, perdana saya harus menjalaninya di perantauan Jakarta, bersama teman-teman dan lingkungan yang baru. Semakin rindu lah saya pada Jogja. Nah, tapi pada akhirnya luapan kangen itu berimbas menjadi kepikiran ‘sing ora-ora dan sing iya iya’. Apa coba?

Ini bukan tentang pacar atau perasaan cinta lagi, nanti dululah itu. Ini tentang saya, musik dan Alterego. Entah mengapa kadang-kadang ada kecemasan, dan ada ketakutan nantinya saya tak bisa lagi untuk bermain musik, ngeband, ben-benan, kui lah pokoke. Ya, tentu sama mereka, Atse, Bagus dan Ancal. Bukannya pesimis, tapi yang saya rasakan sekarang juga tentang adanya pertempuran antara perasaan bangga dan sedih. Eh, tapi iki Alterego ora bubar lo, ora! Iki ming crito, tenan ora ono opo-opo.

Saya bangga. Ya, sedikitnya untuk sekarang saya sedikit bangga pada diri saya sendiri. Sekarang saya sudah berani mengalahkan ‘rasa’ penasaran untuk meninggalkan teman-teman di Jogja. Saya sudah berani mencoba untuk kembali belajar, mencari pengalaman serta mencari teman-teman baru untuk kehidupan yang akan datang. Kenapa harus kehidupan yang akan datang? Ya karena saya yakin teman-teman baru saya ini nanti bisa berguna di masa depan saya kelak.

Alterego masih jalan, jalan di tempat maksudnya (nyengir). Kali ini sedang persiapan full album setelah tahun 2011 lalu mengeluarkan EP (mini album) perdana. Prediksi saya, album ini akan terealisasi pada akhir tahun 2013 ini, ya nggak papa lah ya, yang penting tetep harus rilis!

Kembali ke masalah bangga yang kedua. Saya pun baru kali ini merasakan puas dan bangga pada mereka. Sama Atse, Bagus dan Ancal.

Atse yang tetap konsen di dunia kedokteran, Bagus yang mulai konsisten dan terus belajar di dunia perfilm-an, dan Ancal yang selalu rajin kuliah dan katanya bertekad ingin cepat-cepat menyabet gelar S1. Saya bangga pada mereka. *emoticon mesem*

Sedihnya, kapan saya bisa bebas bermain band lagi bersama Alterego?

Kapan lagi saya bisa ketawa ketiwi dan berharap bisa menjalani tour bersama Atse, Bagus dan Ancal?

Apa sembari menunggu itu semua, apa memang saya harus konsen dulu di dunia Jurnalis? Karena sejujurnya memang saya sudah menikmati dan mulai jatuh cinta pada pekerjaan tulis menulis ini. Ketakutan klasik saya jelas, ketika nanti pada saatnya mereka akan sibuk sendiri-sendiri dengan dunianya, lalu gimana? Apakah masih akan ada Alterego yang bermimpi menaklukkan panggung musik dunia? *halah..

Semua pertanyaan itu terlalu sering bergelimang di pikiran saya akhir-akhir ini. Rasanya sudah pasti campur aduk. Saya cuma bisa berharap dan terus mendoakan mereka, yang jelas mendoakan agar Alterego akan selalu tetap ada walaupun tanpa saya, untuk sementara.

Tapi, yakinlah. Atse, Bagus dan Ancal pasti juga merindukan saya disini. Agak berlebihan memang, karena saya juga belum genap setahun meninggalkan Jogja, apalagi jika senggang saya masih tetap berkomunikasi dengan mereka lewat pesan singkat di HP.

Saya yakin mereka akan sama halnya dengan saya sekarang, terus berdoa dan berusaha menjalani yang ada, mengerjakan sesuatu hal yang disuka. Semoga mereka bisa sukses tanpa meninggalkan embel-embel musik. Semoga mereka bisa selalu bahagia dengan dunia pilihannya. Karena nantinya semua orang akan sukses dengan doanya masing-masing.

Gambar

Kamis siang, 2 Mei 2013, jam 12.02 WIB, saya menerima email dari teman baik saya. Padahal saat itu saya sedang ‘kemrungsung’ ditengah-tengah perkampungan wilayah timur Jakarta yang kala itu sedang banjir. Tapi begitu saya membaca email dan ada tulisan “Sheila On7” disana, saya tiba-tiba semangat. Ini pasti saya diberi pekerjaan berhubungan dengan Sheila On7.

Rupanya, memang iya. Saya diberi kehormatan untuk menulis tentang band legendaris Yogyakarta itu oleh Fakhri Zakaria (Zaki, Mas Jaki, atau siapalah whatever! Dia teman kuliah saya dulu). Menurut cerita (padahal saya aja nggak inget-inget banget) Sheila On7 akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17 pada hari Senin, tanggal 6 Mei 2013. Wow, ini membuat saya tersenyum bangga dan langsung seketika kangen sama mereka, dan tentunya Yogyakarta.

Versi lengkapnya bisa kalian simak disini : http://warungmasjaki.wordpress.com/2013/05/07/sheila-on-17/

Disana ada 17 tulisan, dari 17 orang terpilih, untuk 17 tahun Sheila On7. Silahkan disimak!

Versi asli tulisan saya silahkan baca sendiri aja ya.. Selamat membaca, semoga kalian juga ketularan bahagia dan bangga seperti saya.

=================================================================

Sheila On7 ini sangat-sangat dekat dengan saya, dari ketika saya duduk di bangku SD sampai sekarang saya mulai mencari nafkah di Jakarta. Duta dan Adam adalah tetangga semasa kecil waktu saya di Yogyakarta, satu komplek di Perumahan Sawit Sari, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta. Beruntungnya lagi, saat itu saya masih sangat menyenangi permainan sepak bola di lapangan kecil komplek, hampir tiap sore saya bisa melihat Duta dan Adam bermain sepak bola disana, lebih bahagia ketika saya pernah bisa bermain bola juga dengan mereka.

Saya adalah saksi hidup dimana Duta dan Adam pernah bermain band pada acara Tirakatan 17an di Sawit Sari, tapi pada momen itu Sheila On7 belum tampak batang hidungnya di belantara musik Yogyakarta. Hingga pada akhirnya, suatu hari saya mendengar kabar bahwa lagu Duta dan Adam masuk di radio Geronimo FM. Saat itu juga saya baru kenal mereka dengan nama Sheila On7.

Sekitar tahun 1997, “Kita” menjadi lagu pertama mereka di program Ajang Musikal Geronimo FM. Seketika warga di Sawit Sari menjadi heboh karena tahu kalau Duta dan Adam lagunya masuk ke radio. Sungguh fenomenal dan membanggakan sekali.

Pada waktu itu saya mempunyai Tape Double Deck dengan merk dan kualitas mesin yang baik (malah pamer). Tidak jarang saya merekam siaran atau lagu-lagu favorit dari radio menggunakan alat itu. Lagu “Kita” pun menjadi korbannya. Saya berhasil merekamnya di kaset kosong. Tujuannya jelas, agar saya bisa mendengarkannya tiap saat tanpa harus menunggu di Geronimo FM, hahahaha..

Pernah suatu sore saya bertemu Duta di sekitaran komplek, lalu saya pernah bilang gini, “Mas, mbok aku njaluk lagune ‘Kita’ nggonamu, aku wis ngerekam ning kaset kosong  lewat radio, tapi saiki wis mbleyor-mbleyor suarane,”. Lalu dengan santai Duta menjawab, “Tunggu wae, sesok ono kasete, kowe kudu tuku lo,”. Saya cuma bengong, karena ketika itu saya tidak pernah kepikiran kalau Sheila On7 bakal rilis album sungguhan.

Ternyata memang benar, beberapa bulan kemudian yang ujug-ujug udah masuk ke tahun 1998, album mereka benar-benar rilis juga  di toko kaset, Subhanallah, ternyata Duta tidak berbohong. Albumnya berupa kaset, terpampang dengan jelas Sleeve album warna hijau dengan tulisan Sony Music Indonesia. Tidak pikir panjang saya langsung membeli kaset itu di toko kaset Popeye, Jalan Mataram, Yogyakarta.

Ada kejadian yang tidak bisa saya lupakan pada saat momen-momen itu. Sudah membeli kaset perdana mereka semingguan, lalu suatu sore saya lihat beberapa personil lain berkumpul dirumah Duta. Yes, mereka adalah Eross, Sakti, dan Anton.

Segeralah saya bersama teman-teman sepermainan komplek saya, Luthfi, Didip, Fikri, Andi, Yano, Dodi dan Alvin menyerbu rumah Duta di blok C-14a, tidak lupa membawa kaset kepunyaan sendiri-sendiri. Sesampainya disana, kami langsung minta tanda tangan sama mereka di kaset kami masing-masing! Hahahaha.. Seingat saya Adam atau Sakti nyeletuk, “Halah, ngopo je ndadak njaluk tanda tangan barang ki,”. Itulah mereka, artis kebanggaan kami, artis Sawit Sari, artis Yogyakarta yang sampai sekarang masih selalu melegenda namanya.

Beberapa tahun kemudian (saya lupa tahun berapa), Duta dan Adam hengkang dari Sawit Sari, karena memang seingat saya, rumah mereka hanya rumah dinas dosen. Beda dengan saya dong, Bapak saya beli rumah disana, jadi tidak ada batas maksimal dan harus pindah, hihihi (pamer meneh).

Berbicara tentang Sheila On7, saya bersumpah saya adalah fans sejati mereka, pecinta lagu-lagu mereka, walaupun saya tidak pernah terdaftar resmi sebagai Sheila Gank. Saya selalu mengikuti album-album mereka, terakhir saya membeli album mereka yang masih kaset, itu adalah album “Kisah Klasik Untuk Masa Depan”.

Semakin kesini, semakin banyak album dari mereka. Terhitung ada 10 album sampai tahun 2013 ini, bener ora cah? Nek keliru yo berarti aku luput le ngitung, abaikan. Terakhir saya membeli album terakhir mereka di Bulletin, Jalan Colombo, Yogyakarta. Album “Berlayar, formatnya udah CD Audio. Jika ada orang yang tanya ke saya, apa lagu yang paling saya suka dari mereka, saya pasti bingung. Iya, jelas bingung.

Hampir semua lagu-lagu Sheila On7 saya hapal diluar kepala, dan hampir dari nomer lagunya saya bisa memainkan dengan gitar, persis sama dengan kord asli mereka. Namun ketika saya ditanya album apa yang paling saya suka dari beberapa album mereka, saya akan jawab itu adalah album “Pejantan Tangguh”.

Album Pejantan Tangguh ini menurut saya sangat berbeda dengan album-album Sheila On7 lainnya. Pertama dari segi sound dan komposisi, Eross berani menawarkan instrumen Brass di setiap lagunya. Kedua, aura di lagu-lagunya gelap, notasi lagu dan liriknya juga sangat kejam dan berat, tidak mudah dicerna seperti lagu-lagu di album lainnya. Semua itu menunjukkan sisi idealisme mereka yang sebenarnya, berani beda dari album-album sebelumnya. Entah pada saat itu Eross memang sedang jenuh atau tidak, itu bukan urusan saya. Yang jelas album itu memang sangar sekali untuk ukuran band seperti  Sheila On7.

Lagu-lagu lain Sheila On7 yang jadi jagoan saya juga ada banyak, akan saya tulis lagu-lagu yang menjadi favorit saya, sakmodare! Saya kasih tau nih, banyak banget tuips.. Piye? Tak sebutke kabeh yo, luweh.

–          Tertatih (1999)

–          Berai (1999)

–          Bila Kau Tak Disampingku (2000)

–          Pagi Yang Menakjubkan (2000)

–          Lihat, Dengar, Rasakan (2000)

–          Saat Aku Lanjut Usia (2002)

–          Mari Bercinta (2002)

–          Terima Kasih Bijaksana (2002)

–          Pria Kesepian (2002)

–          Berhenti Berharap (2003)

–          Untuk Perempuan (2003)

–          Itu Aku (2004)

–          Pemuja Rahasia (2004)

–          Brilliant 3x (2004)

–          Generasi Patah Hati (2004)

–          Ketidakwarasan Padaku (2004)

–          Jangan Beritahu Niah (2004)

–          Sekali Lagi (2005)

–          Jalan Terus (2005)

–          Mantan Kekasih (2006)

–          Ingin Pulang (2006)

–          Terlalu Singkat (2006)

–          Last Pretence (2006)

–          Betapa (2008)

–          Yang Terlewatkan (2008)

–          Mudah Saja (2008)

–          Segalanya (2008)

–          Pasti Ku Bisa (2011)

–          Hujan Turun (2011)

–          Hari Bersamanya (2011)

–          Bait Pertama (2011)

AKEH BANGET YO CAH, AKU WAE MUMET NEK KON MOCO MENEH..

Sampai sekarang saya masih sering berhubungan dengan Duta, Adam dan Eross. Sesekali lewat linimasa Twitter ataupun chat lewat Whatsapp. Sebelum saya pindah ke Jakarta pun, saya beberapa kali mampir ke rumah Eross, bermain dan nongkrong di studio pribadinya, Lahan Eross. Selain itu saya juga sangat sering kerumah Adam, mulai dekat lagi setelah sekian lama jarang bertemu, sekedar mampir, berbincang ngalor ngidul seputar musik dan bass. Kalau sama Duta hanya sesekali tegur sapa lewat linimasa Twitter sampai sekarang. Sayangnya saya tidak begitu dekat dengan sosok Brian. Saya malah sangat akrab juga dengan additional keyboard-nya, Feri Kurniawan. Pemain Keyboard jenius yang njawani banget, dia juga ahli dalam memproduksi lagu ditahap akhir, mixing dan mastering.

Perlu kalian ketahui juga, sejak saya kecil band ini termasuk motivator saya untuk bermain musik. Tanpa mereka saya nggak akan pernah belajar gitar, belajar drum dan main bass hingga sekarang. Mereka itu sosok yang hebat!

Kendati demikian (wahh, bahasaku kok malah reporter bangeettt..), saya tidak bisa berhararap banyak pada Sheila On7. Entah mereka nantinya cepat atau lambat akan bubar, itu urusan dan hak mereka. Tapi yang jelas lagu-lagu mereka, karya-karya mereka nggak akan pernah hilang. Tetap menjadi kebanggan Yogyakarta, dan jadi band legendaris di Indonesia.

Selamat ulang tahun yang ke-17 untuk Duta, Eross, Adam, Brian, Feri, Sakti, Anton. Nama Sheila On7 tetap selalu ter-muach di hati, dan jadi kisah klasik untuk masa depan untuk saya nanti.

Semoga suatu saat kalian bisa tampil lagi di Sawit Sari, Tirakatan 17an. Agustus tahun ini deh ya, Amin!

Sukses selalu untuk kalian, dan yang paling penting, Jalan Terus!

#GibPulangGib #PulangGib

Posted: 4 May 2013 in Uncategorized

Gambar

Malam ini adalah malam minggu. Iya, sabtu malam di tanggal 4 Mei 2013. Saya mulai menulis ini mulai pukul 11.33 WIB, di Kalimalang, Jakarta Timur. Sebelum pulang tadi saya sempat mampir ke acara band-band-an di Balai Kartini, Kuningan, Jakarta. Saya sengaja kesana untuk bertemu rekan saya di Yogyakarta yang kebetulan sedang di ibukota, musisi sekaligus seniman tulen, Farid Stevy Asta.

Kami bertemu, akhirnya banyak berbincang segala arah, yang ujung-ujungnya cuma tanya apakah beberapa bulan ini saya betah di Jakarta. Apakah saya menikmati profesi saya yang sekarang bla bla bla..

Terhitung saya sudah 2 bulan bekerja, kalau mau ditanya betah atau nggak betah, menikmati atau nggak menikmati, saya nggak mau jujur kalau disini. Yang jelas anggaplah semuanya ‘fifty-fifty’.

Selepas dari menemui Farid saya segera pulang kerumah. Dalam perjalanan saya langsung mikir, “Iya ya, kapan aku bisa pulang ke Yogyakarta ya..”. Masih terbayang juga saat masih di Balai Kartini tadi, saya menyaksikan beberapa band ibukota yang mempesona. Ya, Allah.. Aku kangen band-band-an, aku kangen teman-temanku di Yogyakarta.

Sejak saya datang menemui Farid di Balai Kartini, saya tidak henti-hentinya ‘bermain’ Twitter. Namanya juga malam minggu ya, nganggur dan tak tahu harus berbuat apa lagi, lebih baik nyampah dan menyimak teman-teman lewat linimasa kicauan burung itu.

Entah saya keceplosan curhat di Twitter, sehingga menimbulkan banyak reaksi dari ‘followers’ saya pada saat itu. Dari berbagai penjuru, teman-teman pun akhirnya membuat hashtag (#) di Twitter khusus untuk saya. Tulisannya adalah #GibPulangGib #PulangGib

Duh, ini langsung membuat saya berperasaan campur aduk. Antara saat itu juga, saya harus pulang ke Yogyakarta, atau malah saya matikan saja Hp saya pada saat itu.

Entah memang teman-teman saya yang memang rindu pada saya, atau saya yang juga sebenernya kangen mereka? Nah..

Terlalu banyak jika mau dibahas apa isi konten pembicaran di Twitter tadi. Jika memang penasaran, silahkan saja searching di Twitter dengan kata kunci #GibPulangGib #PulangGib

Tulisan singkat ini sebenernya juga nggak penting sih. Cuma saya ingin menyimpan momen ini lewat tulisan saja. Agar bisa dibaca dilain kesempatan.

Sebenernya juga masih banyak yang akan saya bahas tentang ini.. Ah, sudahlah lain kali saja.

Saya kangen semua teman-teman saya di Yogyakarta, siapapun. Twitter memang hebat. Bikin perasaan saya nggak karuan malam ini. Hahaha..

Saya segera pulang ke Yogyakarta! Cepat atau lambat. Lama ataupun cuma sebentar. Untuk bertemu kalian. Teman-teman terbaikku di Yogyakarta.

Gambar

Pernah jatuh cinta? Apa putus cinta? Atau malah yang kandas cintanya karena “ketikung” sama orang lain? Hahaha, begitulah kira-kira. Penting atau nggak penting sebenernya “Cinta” udah jadi makanan pokok bagi kita, apalagi anak-anak muda yang masih suka hisap sini hisap sana pengen coba ngerasain cinta yang berbeda-beda rasanya.

Kali ini nggak papa lah ya, untuk pertama kalinya rockermerdeka nulis sedikit opini tentang perasaan. Ya, luapan hati sih maksudnya. Saya akan membahas tentang yang namanya Jatuh Cinta. Semua orang pasti udah pernah ketemu dengan hal semacam ini, ya termasuk kalian, jatuh cinta kepada lawan jenis akhirnya suka, akhirnya pacaran, akhirnya putus ditengah jalan, akhirnya bla bla bla.

Kenapa saya bisa kasih judul “Jatuh Cinta itu Anugerah”?

Karena, ya memang iya!

Jatuh cinta itu datang dari hati, datang dari pikiran. Bukan hanya itu yang penting, jatuh cinta itu tanpa kita sadari nggak akan bisa kita tolak. Percaya nggak?

Suatu hari teman saya yang lebih tua juga menyampaikan hal yang sama kepada saya, tentang seputaran jatuh cinta itu adalah anugerah. Perasaan yang dikasih sama Gusti Allah tanpa mengenal waktu dan kompromi. Makanya saya kepikiran untuk mencoba menulis, dan membagikan ini. Ya semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian tentang cinta 😀

Saya kasih contoh gini deh..

Kamu lagi dipinggir jalan, tiba-tiba kamu lihat ada seorang nenek udah tua, lagi bawa banyak barang belanjaan, jalannya udah pelan, dan mau nyebrang tapi takut. Lalu apa yang ada dipikiranmu saat itu?

Pasti kamu secara tidak langsung ingin segera menghampirinya dan membantu membawakan tas belanjaannya dan membantu menyebrangkan nenek itu, ya nggak? Kalau sampai bilang nggak berarti kamu udah nggak punya hati, nggak pantes jatuh cinta! *huwekk*

Dari contoh kejadian diatas, sebenernya itu sama aja ketika kamu lagi dalam situasi suka sama orang, ya anggaplah itu memang jatuh cinta. Kenapa gitu? Ketika kamu jatuh cinta sama orang, secara nggak sadar kamu udah diberikan sama Gusti Allah perasaan suka, perasaan kagum, perasaan nggak tenang, perasaan campur aduk. Kamu nggak akan bisa menghalangi perasaan itu kan?

Misalnya, “Aku lagi suka nih sama cowok itu, tapi aku udah punya cowok, jadi gimana dong,”

Ya, secara nggak langsung kamu udah dapet perasaan itu tadi. Nggak bisa kamu pungkiri juga kan? Apa iya kamu lagi jatuh cinta sama orang, terus tiba-tiba kamu bilang, “Nggak ah, aku nggak jadi aja suka sama dia, aku nggak jadi jatuh cinta sama dia, aku udah punya pacar kok,” Oh, bullshit!

Nah, sama aja kan? Ketika kamu lagi nolong si nenek itu, karena secara langsung kamu merasa kasihan, dan rasa kasihan itu juga pemberian dari yang di Atas sana.. Nggak bisa kamu tolak kok. Masa iya tiba-tiba kamu bilang gini, “Nggak ah, aku nggak mau nolong nenek itu, aku jahat kok,”

Bener kan? Paham kan maksud sayaaaa?

Mungkin masih banyak contoh yang lain, dan contoh yang lebih gampang. Tentunya juga contoh dengan penulisan yang jauh lebih baik daripada saya 😀

======================================

Kesimpulannya, jatuh cinta itu menurut saya memang anugerah, anugerah dari Tuhan kita. Karena jatuh cinta itu kan “perasaan”, perasaan nggak bisa dibohongi men! Sama persis dengan perasaan kasihan dan sedih saat kita lihat nenek-nenek itu tadi. Percaya deh.

Tapi ketika berpacaran, ada baiknya jika kalian jatuh cinta yang biasa-biasa saja, jangan sampai merugikan orang lain, apalagi pacar anda. Memang jatuh cinta itu nggak bisa dihindari, itu murni perasaan yang datang secara otomatis.

Saya contohkan lagi ya. Ada cowok dan cewek sedang berpacaran, lalu suatu hari si cewek mulai jatuh cinta dengan orang lain, akhirnya cowok dan cewek itu putus karena cewek lebih memilih orang baru. Salah siapa coba? Logikanya pasti orang-orang akan nyalahin si cewek kenapa ninggalin cowoknya, dan lebih milih cowok lain. Iya kan? Iya.

Tapi kalau dipikir-pikir, si cewek tadi juga bisa apa? Jatuh cinta yang dia rasakan itu juga perasaan kan? Walaupun sebenernya dibalik itu masih banyak faktor lain yang kita nggak tau. Cuma kesalahan si cewek adalah dia nggak bisa mengaktualkan perasaan itu dengan baik, kalau memang dia jatuh cinta sama orang lain, tapi seharusnya dia bisa lebih inget lagi saat dia jatuh cinta pada cowoknya. Bingung kan? Iya.

Percaya deh, Jatuh Cinta itu Anugerah. Syukurilah.

Manfaatkan sebaik-baiknya perasaan anda, tapi usahakan jangan sampai ada yang merugi karena perasaan itu.

Selamat berjatuh cinta!

Love_In_Music_by_circle__of__fire

Halooo! Ini postingan tulisan saya kedua di rockermerdeka.. *bangga*

Semoga dari judulnya sudah bisa menarik perhatian kalian..

Musik, iya, musik! Masa iya kamu nggak tahu Musik? Ngerti kan?

Segala bebunyian nada yang selalu kita dengar tiap hari, tiap saat malah. Bisa dari HP yang sedang kamu pegang, dari komputer, atau malah bisa dari TV/Radio yang ada disekitarmu. Nah, bicara tentang musik pasti nggak akan ada habisnya. Kenapa? Ya, karena musik itu sangat luas, mau diobrolin tentang apanya, sangat banyak tema yang akan kita ambil dari musik jika kita mau membahasnya secara dalam.

Kali ini saya mau mengulas tentang selera musik, jenis musik apa yang saya suka dan yang mungkin kamu juga suka, itu adalah musik Rock. Musik yang dikenal khas dengan ketukan yang umumnya cepat, bertenaga, dan tentunya berisik.

Saya nggak akan bahas tentang sejarah musiknya kok, terlalu bertele-tele dan pasti kalian mayoritas udah paham. Kalau mau lebih ngerti tentang sejarah musik Rock kalian bisa ‘googling’ , tuh ada teknologi canggih, cari aja di Wikipedia tuh 😀

Nah, musik Rock itu ada banyak, mau yang seperti apa, mau yang jenisnya apa, saya akan bahas secara singkat disini. Menurut pandangan saya selama ini, yang selalu dikait-kaitkan oleh musik Rock cuma Metal atau Punk aja, musik yang terkenal kedengeran berisik dan bertempo cepat. Padahal sebenernya masih banyak turunan dari musik Rock selain Metal dan Punk itu tadi, dan perlu kalian tahu musik Punk dan Metal juga masih punya banyak turunan jenis lagi dibawahnya, ribet ya? Iya.

Perlu kalian ketahui saya punya beberapa mantan pacar, dan sampai sekarang mereka sepertinya nggak akan pernah ngerti apa bedanya musik Punk dan Metal (nggak penting juga sih, malah ter-bahas).

Ada juga Blues dan Jazz, dua musik ini sebenarnya dulunya sangat dekat dengan akar-akar musik Rock. Tapi seiring berkembangnya jaman, musik Blues dan Jazz ini juga punya banyak turunan jenis yang variatif.

Kenapa saya suka musik Rock? Kenapa suka dengan musik cepat? Mungkin memang sejak saya kecil alunan-alunan musik sudah terlalu akrab di telinga saya tiap harinya. Dari kakak pertama saya yang suka musik Classic Rock, dilanjutkan dengan kakak kedua saya suka musik-musik Pop dan Dance bertempo cepat, yang terakhir kakak ketiga saya yang sangat menggemari musik Metal sejak SMP.

Pada masa itu saya masih duduk dibangku SD, mungkin tepatnya kelas empat. Saya mulai menyimak dan ikut mendengarkan semua playlist lagu yang diputar kakak-kakak saya itu. Akhirnya pada kelas lima SD saya mulai memberanikan diri untuk belajar memainkan gitar akustik (otodidak). Semenjak itu telinga saya semakin terlatih untuk mendengarkan musik-musik yang menurut saya bagus saja.

Seingat saya, suatu hari kakak ketiga saya memutarkan kaset album Green Day album Dookie. Tiap hari selalu diputar sampai-sampai saya terlanjur hapal dan memberanikan diri untuk mengulik sendiri lagu-lagu Green Day dengan gitar akustik. Seperti yang kalian ketahui, Green Day adalah band Pop Punk dari Amerika yang ternama hingga sekarang. Hampir semua lagunya bertempo cepat, intonasinya ceria dengan nada yang itu-itu saja.

Setelah Green Day, saya mulai jatuh cinta pada grup Melodic Punk bernama NOFX, ini band favorit saya sampai sekarang, band ini juga berasal dari Amerika. NOFX ini disebut-sebut sebagai “Tuhan-nya” band Melodic Punk, termasuk di kalangan anak-anak Punk di Indonesia. Entah anak jaman sekarang suka apa nggak sama NOFX, apa mungkin malah nggak pernah dengerin? 😀

Harus kalian ketahui, Pop Punk dan Melodic Punk itu berbeda juga lo, perbedaan yang paling terdengar menurut saya mungkin dari ketukan drum-nya. Ketukan drum Melodic Punk selalu lebih terdengar cepat ketimbang Pop Punk, walaupun sebenarnya menurut saya keduanya hampir mirip pada penekanan riff-riff gitar dan nada vokalnya.

Duduk dibangku SMP, saya mulai berkenalan dengan band Pop Punk Amerika lagi yang bernama Blink 182. Saya ingat pada waktu itu lagu “All The Small Things” terdengar dimana-mana. Blink 182 ini berhasil membuat anak muda pada jaman itu berdandan gila-gilaan ala Pop Punk. Dengan celana pendek agak melorot sampai terlihat boxer-nya, kaos kutungan ala Travis Barker si drummer Blink 182, hingga topi yang dipakai miring agar tampak seperti Mark Hoppus dan Tom Delonge dari Blink 182. Oh my god, tapi ini adalah masa-masa euforia terindah menurut saya 😀

Menjelang SMA ketertarikan musik Rock saya mulai berkembang, dari bertemu musik Rock Progresif dari Dream Theatre, musik Modern Rock dari Muse sampai alunan gelap Black Metal dari Dimmu Borgir, Mayhem dan Cradle of Filth. Ketika duduk dibangku Kuliah pun saya merasakan hal yang sama, semakin berkembang dan semakin bertambah wawasan tentang luasnya musik Rock itu. Saya mulai mencermati lagu-lagu Classic Rock dan sempat kecanduan musik rock aneh dari band local Jogja, yaitu Seek Six Sick yang menamai jenis musiknya Asian Noise Rock. Kala itu saya langsung paham apa maksudnya, Noise Rock adalah alunan nada yang bising, cepat dan kadang tidak karuan. Ditambah dengan lengkingan suara feedback gitar elektrik yang bikin telinga nyut-nyutan.

Hingga sekarang kegandrungan saya terhadap musik Rock berubah dan mengalami kemajuan. Saya menyukai musik Grunge, musik yang terkenal karena dibawa oleh band legendaris Nirvana, Pearl Jam dan sebagainya. Kalian juga bisa simak jenis Grunge yang asyik ala The Vines dan Silverchair.

Berbicara soal ‘Cibiran’, musik Rock pernah menjadi bahan cibiran untuk saya dimata teman-teman sepermainan, bahkan mungkin hingga sekarang, karena teman-teman saya tidak hanya dari kalangan musisi saja. Bagi mereka yang hanya suka musik-musik standar (pop, jazz, dance dan musik-musik yang sedang hits di pasaran).

 “Ih, Mas Agib sukanya dengerin musik yang berisik gitu..”

“Musiknya Agib itu metal bangeeetttttt..” (padahal kala itu saya lagi suka dengerin MXPX, band Pop Punk)

“Nggak suka, gedumbrangan gitu musiknya. Nggak bisa dinikmatin!”

Dan masih banyak lagi……………………..

Ini adalah sedihnya kenapa tinggal di Indonesia, Negara yang dimana menurut saya maaf-maaf agak latah. Sedikit-sedikit suka musik ini lalu tiba-tiba suka musik itu. Setelah bosan ya harus cari yang baru. Ironis! (ini akan saya bahas panjang lebar di tulisan berikutnya nanti).

Kembali lagi ke soal cibiran ya. Orang-orang disekitar saya ternyata banyak yang tidak menyukai musik Rock. Dengan alasan apa? Iya, karena musiknya yang terlalu cepat, berisik, kebanyakan isi musiknya tentang kemarahan dan sindiran.

Bagi saya, musik Rock itu berbeda dengan musik yang lain, perbandingannya sama Pop atau Jazz aja deh ya. Menurut saya, selama ini musik Rock mendatangkan dampak yang baik untuk psikis dan cara berpikir saya. Contohnya apa?

Pertama, musik Rock itu membuat perasaan semangat, karena kebanyakan dari ketukan dan notasi nada band Rock yang saya dengar itu semuanya enerjik. Ada perasaan bergairah ketika mendengarkan musik-musik Rock. Kedua, musik Rock itu bagi saya identik dengan laki-laki sebenarnya. Dimana musik Rock adalah musik yang tegas, tidak cengeng dan berani menyuarakan apa saja lewat musiknya. Karena jika dibandingkan musik Pop atau Jazz yang menurut saya adalah musik yang manja dan bikin ngantuk 😀

Tidak ada tendensi dan maksud apa-apa dalam tulisan ini, saya tidak bilang bahwa musik Pop atau Jazz itu jelek. Karena pada kenyataannya saya juga sering kok mendengarkan musik lain selain musik Rock. Karena bagi saya semua musik mempunyai maksud yang sama, yaitu menyampaikan pesan lewat lirik dan lagu. Tentunya untuk menghibur J

Ya kan?

Paham kan maksud saya?

Sekian dari saya.

Tetap bermusik dan mencintai musik, apapun jenisnya.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat, menambah wawasan anda. Tentunya bisa menghibur

Cheers!

 

”Jadi, kamu siap nggak untuk mulai berkarir jadi Jurnalis?”

 

”Loh, kamu tu anak band to? Ngapain bisa nyampe kesini?”

 

”Kamu lebih suka Politik atau tentang Ekonomi gib?”

 

”Kamu hebat bener, anak band tiba-tiba jadi wartawan hahaha”

 

”Siap capek dan kurang tidur lo ya kamu..”

 

”Ciyeee bassissssss, keren dong pasti mainmu gib”

 

”Lebih banyak baca-baca, biar kamu jadi tambah pinter nulis berita!”

 

”Eh gib, bandmu emang apa namanya? Rock gitu kan pasti keliatan dari bentukmu..”

Gambar

Selalu saja masih terngiang kata-kata itu, dan pertanyaan-pertanyaan kecil itulah yang sampai saat ini masih membuat saya kadang jadi senyum-senyum sendiri. Ya, itu memang tentang saya. Sejauh mana banyak beberapa hal yang akhirnya bisa membawa saya kedunia baru ini.

 

Alangkah lebih baiknya saya memang harus kenalan dulu, karena Ini ‘BLOG’ dan saya dituntut harus pandai berbasa-basi, ya ndak?

 

Saya..
Iya, saya Agib. Lebih suka dipanggil atau lebih tepatnya ditulis dan menulis dengan ‘Agib Tanjung’.

 

Kenapa harus Agib? Kenapa harus Tanjung? Dan kenapa juga ada harus ada ‘rockermerdeka’ di Blog ini? Itu cuma hal yang sepele, suatu saat pasti akan saya bahas. Janji 🙂

 

Singkat cerita, Blog ini (mungkin) tercipta karena tiga hal.. Yang pertama karena saya memang sudah lama ingin punya Blog, kedua adalah dimana salah seorang sahabat yang sudah berteman hampir 10 tahun, mendukung penuh saya untuk ‘menulis’. Yang terakhir karena saya ingin membuktikan pada banyak orang bahwa saya memang punya niat untuk belajar menulis. Yak, saya ulangi : be-la-jar-me-nu-lis.

Dari memulai menulis tulisan pembuka ini saya aja udah kepikiran dan berkata dalam hati, ”Aku nulis apaan sih ini, pasti ujung-ujungnya cuma curhat!”

Apa iya ya?

Namanya juga baru belajar nulis kan ya..

 

===============================

 

Tidak ada yang menyangka, kenapa saya tiba-tiba bisa sepercaya diri ini membuat Blog. Tak ada yang menduga juga kenapa pada akhirnya saya memutuskan untuk belajar menjadi Wartawan, mungkin saya lebih suka dengan bahasa kerennya, ‘Jurnalis’. Entah ini akan menjadi karir saya nantinya atau tidak, saya juga belum kepikiran jauh sampai sana. 

Disini saya tidak akan menyebut secara langsung nama instansi tempat saya bekerja, tapi yang jelas saya bekerja full time di kantor media online yang cukup ternama di Jakarta. Terhitung hampir sebulan lebih saya secara instan mendapat banyak hal baru, wawasan baru, dan yang jelas teman-teman baru.

Perlu kalian ketahui, ternyata media online tempat saya bekerja ini memang termasuk instansi yang cukup terkenal di Jakarta. Seperti yang saya tau, ternyata memang banyak media online di Ibukota dengan nama-nama yang menurut saya masih asing kedengarannya. Nah, tapi perusahaan berita tempat saya bekerja ini nyatanya cukup disegani dimana-mana oleh rekan media lainnya, semakin bersyukurlah saya.

Sebelum memutuskan untuk mengambil pekerjaan mulia ini, saya sempat bertanya kepada teman-teman, sekedar meminta saran dan dukungan. Pada kenyataannya keluarga saya pun ternyata juga sangat mendukung tentang datangnya pekerjaan ini, padahal sebenarnya pada saat itu saya sudah sangat bimbang, bingung harus saya ambil atau tidak, karena menurut saya ini bukan dunia saya, bukan hal mudah untuk tiba-tiba bisa terjun ke dunia tulis-menulis, jurnalis, wartawan.

Dulunya, saya memang berlatar belakang (pernah) kuliah di Ilmu Komunikasi UGM, dimana jurusan ini sangat dekat dengan dunia tulis menulis arah jurnalis. Namun apa daya saya hanya mahasiswa hura-hura dulunya, tak pernah terlalu serius mengikuti dan mengembangkan ilmu-ilmu yang saya terima saat kuliah berjalan, terlalu sibuk dengan dunia saya sendiri, dunia yang berbeda dengan hal-hal yang saya terima di kampus tiap harinya.

Saya anak band, suka dengan musik, sangat suka malah. Saya mulai menyukai musik semenjak saya duduk dibangku TK, mulai mencoba bermain musik saat kelas lima SD. Hingga menginjak predikat mahasiswa, saya semakin sibuk dengan ‘hobi’ saya ini. Saya pun punya beberapa band dan tidak cukup terkenal seperti yang kalian bayangkan, mungkin cukup saya saja lah ya yang terkenal, suatu saat nanti, amin.

Awalnya saya belajar Gitar secara otodidak, dilanjutkan dengan les Drum, dan pada akhirnya saya diberi anugerah untuk jatuh cinta pada instrumen empat senar, yaitu Bass. Perlu kalian ketahui juga, hingga sekarang saya masih menyandang gelar ‘Bassis’ terlaris di Yogyakarta, karena saya terlampau sering banyak diminta membantu beberapa band terbaik di Yogyakarta. Apa saja bandnya? Suatu saat saya pasti akan mengulasnya kok, karena menurut saya ini prestasi dan layak untuk dibanggakan.

Saat kuliah usai, saya pun masih menekuni ‘hobi’ saya ini. Hobi yang menurut saya cukup bisa membanggakan orang-orang disekitar saya, bisa menerima sedikit recehan untuk sekedar jajan atau ditabung. Seiring waktu berjalan, tak ada harapan lagi bagi saya untuk bisa jadi terkenal ataupun dikenal banyak orang, karena bagi saya cukup bila sudah bisa menghibur banyak orang lewat kegiatan ini, dan tentunya aktualitas karya yang nyata!

Hingga akhirnya banyak kejadian yang menimpa saya pada saat itu, dimana kejadian-kejadian itu membuat saya banyak berpikir, harus ini apa harus itu. Suatu saat pasti akan saya kupas lebih dalam lagi tentang ini, tentang bagaimana dan apa saja yang pernah saya alami, dari hal religius sampai hal-hal lain yang tak terduga. Semoga tidak curhat nantinya 🙂

Keinginan saya menjadi Jurnalis mungkin hanya sekitar 30% pada saat itu, sisanya adalah idealisme yang tak terkontrol, masih terombang-ambing pada keinginan semu. Namun bagi saya itu adalah sebuah tantangan, diberi kesempatan untuk mengambil sebuah pekerjaan yang dulunya belum pernah saya kuasai secara mendalam. Yes, Wartawan!

Keberanian pun perlahan-lahan muncul karena dukungan penuh dari keluarga, terutama dari kakak-kakak saya. Akhirnya dengan basmalah saya beranikan diri dan memantapkan hati untuk ‘mencoba’ bekerja menjadi Wartawan, menjadi Jurnalis.

Jadi, kamu paham kan kenapa saya kasih judul “Dari Bassis Hingga Jurnalis”?

Tampaknya kemampuan menulis saya masih tampak kacau balau ya, semoga bisa dimaklumi dan semoga bisa jadi pembelajaran untuk saya kedepannya.

Semoga kalian memahami betul apa yang saya tulis ini. Sekedar perkenalan dan basa-basi yang terbilang biasa untuk dibaca.

Terima kasih bagi yang sudah menyempatkan membaca 🙂

Akhir kata, selamat datang di ROCKER MERDEKA

Toss!